Islam Itu Indah
Perkembangan Islam di Jalur Sutra
Hubungan
dagang Jalur Sutra telah melibatkan banyak pedagang Arab. Mereka pun
membawa dakwah Islam sembari berdagang. Bahkan, waktu periode Jalur
Sutra pun sangat pas dengan kelahiran Islam di Timur Tengah, yang
merupakan lalu lintas penghubung Asia dan Eropa.
Sebagaimana
menurut Hugh Kennedy dalam "The Great Arab Conquests", terdapat dua
periode bersejarah yang utama manakala Jalur Sutra menjadi fokus utama
bagi perdagangan dunia. Salah satunya, yakni periode tepat sebelum dan
selama penaklukan Muslim.
Maka, Islam pun ikut serta dikenalkan
melalui jalur perdagangan Sutra. Sebagaimana menurut Frances Wood,
terdapat sebuah masjid tertua di Cina, yang posisinya tepat berada di
lingkaran Jalur Sutra. Setiap Jumat tiba, sekitar dua ribu Muslim
memadati masjid yang berlokasi di jantung Kota Guangzhow tersebut.
Jalur
Sutra disebut-sebut sebagai jalur yang dilalui para sahabat Rasulullah
dalam mendakwahkan Islam. Geliat dakwah itu terjadi bermula sejak era
kekhalifahan Usman bin Affan. Dia mengirim utusan pertama ke Cina pada
651 Masehi. Sang utusan pun menghadap Kaisar dari Dinasti Tang, Yong Hui
kemudian menyebarkan Islam di negeri Cina. Sejak itulah, Islam mulai
dikenal di daratan Cina.
Tan Ta Sen dalam bukunya, Cheng Ho;
Penyebar Islam dari Cina ke Nusantara, menyebutkan banyaknya saudagar
Arab yang singgah, bahkan bermukin di Cina. Tak sedikit yang kemudian
menikah dengan perempuan setempat dan membentuk komunitas Muslim.
Komunitas-komunitas Muslim tersebut banyak terbentuk di pusat
perdagangan.
Disebutkan oleh Tan, pada masa puncak perdagangan
di era Dinasti Tang dan Song pada abad ke-7 hingga abad ke-13, cukup
banyak bermunculan komunitas dan permukiman Arab di beberapa daerah
perdagangan Cina. Di antaranya, yakni di Chang-An (Xi-An), Yangzhou,
Ningpo, dan kota-kota pelabuhan Guangzhou dan Quanzhou di Cina dan
Champa di semenanjung Indocina.
Tak berhenti di China, para
saudagar Muslim juga mengenalkan Islam ke kawasan Asia lain, hingga
ujung dunia Timur, yakni Asia Tenggara. Malaka-lah yang menjadi gerbang
utama masuknya Islam ke Asia Tenggara. Dari semenanjung Malaka, Islam
bersentuhan dengan bangsa Melayu yang kemudian tersebar ke seluruh
kawasan regional.
Prof A Hasymi dalam bukunya, Sejarah Masuk dan
Berkembangnya Islam di Indonesia, menyatakan, Kerajaan Perlak merupakan
kerajaan Islam pertama nusantara yang berdiri pada abad ke-3 Hijriah.
Buktinya, pada 173 Hijriah atau 800 Masehi sebuah kapal layar berlabuh
di Bandar Perlak membawa para saudagar di bawah pimpinan nakhoda
Khalifah dari Teluk Kambay Gujarat. Pada 1 Muharram 225 Hijriah (840
Masehi), Kerajaan Islam Perlak resmi berdiri dengan Sayid Abdul Aziz
sebagai sultan pertama.
Dari Malaka itulah, Islam kemudian
menyebar ke Asia Tenggara melalui perdagangan. Namun, kawasan tersebut
tak termasuk Thailand. Pasalnya, kawasan Pattani, Thailand, telah
mengenal Islam bersamaan dengan masuknya Islam ke Malaka.
Datang ke nusantara
Perdagangan
rempah-rempah juga melintasi Jalur Sutra. Inilah mengapa Islam juga
sampai ke nusantara karena nusantara-lah gudang penghasil rempah-rempah
yang sangat disukai Eropa. Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia IV: Nusantara di abad ke-18
dan ke-19 menuturkan, pelabuhan-pelabuhan rempah-rempah nusantara,
seperti di Sumatra, Ternate, Tidore, dan Banda menjadi terkenal
pertama-tama karena para pedagang Cina. Kemudian, para pedagang dari
Jawa dan Melayu juga menjadi penting dalam Jalur Sutra. Semuanya
bermuara di Cina dan diteruskan melalui Jalur Sutra.
Karena
berada pada jalur perdagangan laut dari Timur Tengah ke Cina, kata
Marwati, tidak mengherankan jika agama Islam telah dianut di nusantara.
Hanya saja, sumber agama Islam di nusantara tidak saja langsung dari
Timur Tengah, tetapi bersamaan dengan terbentuknya emporium-emporium
(pasar-pasar) sepanjang jalur perdagangan itu sejak abad ke-10.
Kota-kota pelabuhan di India, seperti Kalikut, menjadi sumber agama
Islam di nusantara.
Dengan demikian, muncullah di nusantara
sejumlah kota pelabuhan yang penduduknya beragama Islam. Selain kedua
sumber, yakni Timur Tengah dan India, terdapat pula sumber ketiga, yakni
Cina (khususnya dari Mazhab Syafi'i), yang mendapat pengaruh Islam dari
Timur Tengah dan India. "Agama Islam dari Cina itu makin menyebar
setelah Cheng Ho mendapat izin dari sultan-sultan Malaka sejak
Parameshwara untuk membangun pusat perdagangannya di kota pelabuhan itu
dan menjadikannya sebuah emporium," tulis keduanya.
Hal tersebut
sesuai dengan beragamnya teori masuknya Islam ke nusantara. Namun, jika
melihat Jalur Sutra, teori Cina juga tak dapat luput begitu saja. Teori
tersebut menyatakan, perantau Cina-lah yang membawa Islam ke Indonesia.
Para perantau ini telah mendapat pengaruh dari Arab. Sebagaimana
disebutkan bahwa banyak permukiman Muslim yang bermunculan di Cina.
Menurut
Tan Ta Sen, sejarah Islam di Indonesia sangat berkaitan erat, bahkan
berasal dari Champa. Berlokasi di Semenanjung Indocina, Champa merupakan
salah satu wilayah taklukkan Cina sejak era Dinasti Tang. Di tengah
pengaruh konfusian dan Hindu, Champa disinyalir mendapat pengaruh Islam
dari pedagang Arab. Dugaan tersebut datang setelah ditemukannya dua
batu nisan Muslim di wilayah Phan-rang, Champa selatan.
M Ikhsan
Tanggo dkk dalam “Menghidupkan kembali Jalur Sutra Baru" menuturkan,
agama Islam telah masuk Cina sejak abad ketujuh melalui Jalur Sutra.
Demikian pula, masuknya Cina ke Indonesia telah terjadi sejak abad ke-7
Masehi dengan banyaknya bukti arkeologis. Dengan demikian, penyebaran
Islam di Indonesia tak hanya dilakukan oleh orang-orang Arab dan Persia
melalui Laut India, tapi juga dilakukan Muslimin dari daratan Cina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar